To the point aja ya, yuk disimak resumenya.
kalau kita akan membeli buah, kira-kira kriteria apa yang kita pertimbangkan? Sebagai konsumen yang memiliki preferensi utilitas yang tinggi, tentunya kita dapat melihat dari penampilan fisiknya, rasanya, dan yang pasti "harganya". kriteria tersebut umumnya dimiliki oleh buah impor yang semakin lama semakin merajai buah-buahan di pasar lokal. lalu, kemanakah buah lokal kita????
Don't you know guys??? Ekspor buah dan sayur (produk hortikultura) pada tahun 2010 adalah 77,6 juta kilo. senilai $ 80,6 juta. Sedangkan "Impor" buah dan sayur adalah sejumlah 361,1 juta kilo atau senilai $ 271,4 juta. HWOOOOOOW!!!!!! It's amazing, isn't it? Berarti ada gap senilai $ 91,2 juta. Ini baru buah dan sayur loh, yang lainnya??? Wallahu a'lam.
Desas-desusnya, pemerintah akan memangkas subsidi pupuk senilai 3,1 triliun rupiah dan 200 miliar untuk subsidi benih. Sangat kontradiksi dengn keadaan saat ini. Petani justru sangat membutuhkan subsidi tersebut. Apabila pemerintah terus-terusan menekan petani agar meningkatkan produktifitas buahnya sedangkan subsidinya saja dipangkas, apa jadinya? pemerintah sama saja membunuh petani secara perlahan.
bapak Findi menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan buah lokal sangat mahal dan sulit dijangkau oleh konsumen, diantaranya adalah:
- Biaya produksi yang tidak efisien karena tingginya harga bibit dan pupuk. Naaaaah, ini dia masalah yang paling krusial. Umumnya petani hanya memiliki modal yang minim. Boro-boro buat budidaya buah, buat makan aja susah.
- kepemilikan lahan. Umumnya petani di Indonesia lahannya kurang dari 2 hektar sehingga belum memenuhi kriteria ekonomi
- Biaya distribusi. Naaaaah, ini dia masalah yang sepertinya sepele tapi sangat berpengaruh besar. Umumnya pendistribusian buah lokal terkendala, terutama apabila kita melihat infrastruktur yang ada. Kapal feri yang jumlahnya sedikit, jalan yang semakin lama semakin rusak, dan yang lebih parahnya, pungutan liar yang semakin merajalela. Terutama untuk daerah sumatera. Gimana ga rugi, gimana ga mahal? Biaya distribusinya aja mahal. Pendistribusiannya aja lambat yang berpengaruh pada kualitas komoditinya. Bisa saja karena distribusinya lambat menyebabkan buahnya rusak dan tidak layak dikonsumsi dan akhirnya "rugi", LOL.
Solusi yang sebaiknya dilakukan adalah:
- kuota impor buah-buahan harus dibatasi. Karena Indonesia telah menyetujui perdagangan bebas Cina-ASEAN, sangat tidak mungkin apabila pemerintah memberlakukan kenaikan pajak impor. cara yang tepat adalah pembatasan koutanya, karena tidak melanggar kesepakatan yang telah dibuat.
- Tanjung Priok ditutup untuk akses buah impor. Tempat keluar masuknya buah impor yang paling sibuk adalah pelabuhan tanjung priok. pemerintah mengambil kebijakan tersebut supaya Jakarta sebagai konsumen buah impor yang potensial beralih untuk memilih buah lokal. Apabila pendistribusian buah impor lebih lama, maka tidak menutup kemungkinan harganya akan semakin mahal dan konsumen lebih memilih buah lokal.
- Kampanye moral. kalau diserukan "Jangan makan buah impor", itu terlalu dini untuk diserukan. lebih baik apabila diserukan, "kurangi konsumsi buah impor dan cintai buah lokal dengan mengkonsumsinya".
- Perbaiki infrastruktur. Dengan memperbaiki jalan yang rusak, memperlebar jalan, menambah armada kapal (terutama distribusi antar pulau), dan kalau bisa bikin jembatan yang menghubungkan pulau jawa dan sumatera. Big applause buat pemerintah kalau merealisasikan mega proyek tersebut.
That's all the resume. saya seneng berbagi. Apabila ada saran ataupun kritik, silahkan komentar di bawah ini. Semoga bermanfaat. see you guys! (ANM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar