Kadang suka geli melihat orang lain berkeluh kesah di sosial media karena tidak memiliki pasangan dalam tanda kutip, "pacar". saya sebagai wanita single merasa hal itu ga perlu saya lakukan. Because, kenapa harus selalu mengeluh? kenapa harus selalu punya pacar? salahkah orang yang single sehingga harus disindir-sindir di sosial media? (meskipun dibungkus dengan kekonyolan).
Sebenarnya punya pacar itu ada senengnya dan ada susahnya. Ga perlu dijelasin panjang lebar lah ya. Semua orang juga pasti tahu.
Saya sih, saya, selama dua tahun terakhir belum sama sekali mendapatkan pasangan yang sesuai. tapi saya juga agak enggan buat pacaran lagi. Toh gaya pacaran saya flat, ya, saya nganggep semua pacar saya sebagai teman.
Secara sekarang saya udah dicekokin ilmu agama dari asistensi, mulai belajar pakai rok, apa masih pantes saya pacaran dengan keadaan seperti ini?
Mungkin sekarang saya lagi dalam masa transisi. Posisi dimana saya harus mengambil tindakan yang tegas, apakah saya harus menuruti ego untuk berpacaran atau saya harus menjaga diri saya dari hal itu.
Saya sendiri masih bingung kemana saya harus melangkah. Yang jelas, kalaupun saya ada di posisi "berpacaran", saya ga mau hubungan itu hanya main-main. Saya mau yang jadi pasangan saya itu punya visi yang sama, yaitu "menikah". Buat apa saya buang-buang waktu untuk membina hubungan yang hampa. Tentunya dengan batasan-batasan yang sudah jelas.
Tapiiiiii untungnya sampai sekarang belum ada yang bisa bikin hati saya luluh. Belum ada yang bikin bimbang. Alhamdulillah. Jadi sekarang waktunya saya untuk lebih banyak berkarya. banggain orang tua, sahabat, saudara. karena siapa yang tahu jodoh kita selain Allah swt. Bisa jadi jodoh kita adalah orang yang dekat dengan kita maupun orang yang paling kita inginkan untuk menjadi pasangan hidup kita?? siapa yang tahu.
LIFE REPORT
LIFE REPORT
Jumat, 14 September 2012
Rabu, 05 September 2012
Usahatani pertemuan pertama
Biasanya terbangun karena dibangunin mamah, sekarang terbangun karena alarm.
Biasanya makan udah disiapin, sekarang mau makan aja harus mikir dulu mau beli apa.
Ya itulah balada akhir liburan semester
#Intermezo
oke semester 5 telah datang dan sudah selayaknya disambut dengan bahagia. Secara deket-deket mau lulus kaaaan. Udah lulus kan langsung nikah, eh kerja dulu deh hihihi. Nyari pengalaman dulu.
Jadi ceritanya saya udah masuk kuliah sejak hari senin yang lalu. Tadi pagi saya kuliah usahatani dan sampai saat ini mata kuliah inilah yang membuat pasion belajar saya naik. Entah kenapa, apa karena dosennya atau memang saya memang sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan pertanian secara teknis, yaitu sektor on farm.
jadi ceritanya yang memberikan materi usahatani untuk kuliah adalah Ibu Dwi Rachmina dan Bapak Yeka sebagai dosen praktikumnya. Saat kuliah, materi yang diberikan berupa pengantar mengenai usahatani. Jadi materinya itu berupa definisi, pendekatan, dan lain-lain. Suasana kelas memang dari dulu tidak bisa dikondisikan, sampai-sampai ibunya menegur anak-anak yang sedang ngobrol. Agak risih sih, tapi mungkin sudah wataknya kali ya.
lanjuut
Pada saat berada dalam kelas praktikum, saya merasakan hal yang berbeda. Suasananya hening dan semuanya fokus untuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh pak Yeka yang sesekali diselingi dengan diskusi. Apa yang bapak sampaikan sangat menarik untuk diperhatikan. Adapun sedikit review dari materi yang Pak Yeka sampaikan sebagai berikut.

Pada saat harga kedelai naik, semua orang ribut. Bagaimana tidak, si kuning ini merupakan bahan baku dari tahu dan tempe yang katanya makanan asli Indonesia. Sayangnya kedelai yang selama ini digunakan adalah hasil impor dari negara paman sam. Khusus untuk tempe, jenis kedelai yang digunakan merupakan 100% impor, tapi tahu masih menggunakan kedelai lokal. lalu bagaimana cara menghadapi kenaikan kedelai ini? bagaimana solusi yang tepat? Ya, tentu saja kita menginginkan kedelai dengan mutu yang bagus dan dengan harga yang semurah murahnya. Hal ini tidak bisa dilakukan dengan instan, tentu memerlukan waktu yang tidak sebentar. Ada beberapa solusi yang diutarakan oleh teman-teman, diantaranya adalah menumbuhkan cinta pertanian sejak dini, memanfaatkan lahan gambut, memberdayakan lembaga pendidikan dalam bidang pertanian, bahkan ada yang berpendapat sama dengan Bapak Fadel Muhammad, yaitu menaikkan harga kedelai (ditetapkan oleh pemerintah). Kenapa harga kedelai harus dinaikkan? tentu saja hal ini beralasan, sebab dengan tingginya harga kedelai di tingkat petani. Petani yang tidak sama sekali memanfaatkan lahan pertaniannya dapat tertarik untuk menanam kedelai karena harganya naik. lama kelamaan karena penawaran di tingkat petani meningkat dapat mengakibatkan harganya turun dan harganya stabil seperti biasa lagi. Dengan kata lain, pada saat itu kita sudah tidak tergantung dengan kedelai impor namun dengan harga yang stabil.
itu baru solusi dari kami, bagaimana dengan kamu?
Langganan:
Postingan (Atom)